Halaman

Jumat, 26 Maret 2010

CERITA GURU DAN GURU BERCERITA

Banyak cerita dan berita yang termuat di koran maupun televisi tentang penyelewengan Guru saat menghadapi UJIAN NASIONAL. Disana diceritakan bahwa ada seorang guru yang berusaha membantu siswa untuk dengan cara mendiktekan jawaban-jawaban soal UNAS, sebagian lagi ada berita bahwa ada guru yang dengan sengaja membocorkan soal UNAS kepada siswanya, sementara di tempat lain ada seorang guru yang pada saat menjadi pengawas Ujian berusaha membaca soal-soal yang baru dikerjakan siswa kemudian menulis jawaban-jawabannya dalam hp dan dikirimkan jawaban itu melalui SMS kepada siswanya.
Dan masih banyak lagi cerita guru mengenai penyelewengan-penyelewengan dalam penyelenggaraan UJIAN NASIONAL yang tidak dapat saya sebutkan disini satu persatu.
Dari cerita-cerita dan berita seperti tersebut di atas, ada satu pertanyaan yang menggelitik hati dan alam pikiran saya, yaitu " Apa sih sebenarnya yang diinginkan guru?


Dari pertanyaan di atas jawabannya mudah sekali, yaitu guru berharap nilai murid-murid baik yang akhirnya mereka bisa Lulus, dan setelah MEREKA lulus ada penghargaan (paling tidak pujian) kepada guru yang bersangkutan yang mana telah mengajar dengan baik sehingga muridnya bisa lulus 100% dalam menghadapi Ujian NaSIONAL.

Apa yang telah dilakukan oleh guru seperti dalam cerita di atas, sebenarnya merupakan bentuk ketakutan guru dalam mempertanggungjawabkan hasil kerjanya selama 3 tahun. Apabila muridnya gagal/tidak lulus dalam menempuh Ujian Nasional maka guru merasa takut dan malu bila dikatakan tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai guru, guru takut dikatakan tidak mampu mengajar dan guru takut untuk mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya kepada Kepala Sekolah maupun Orang tua siswa.
Cerita-cerita tentang Guru memang cukup banyak dan beragam, dan seakan takkan pernah habis cerita-cerita tentang guru sepanjang Guru dan murid itu masih ada.
Empat mapel yang di UNASkan oleh pemerintah sampai hari ini memang masih banyak yang pro dan kontra, namun semua itu seakan tiada arti.... toh Ujian Nasional masih tetap berjalan walaupun setiap pelaksanaan Ujian Nasional selalu memunculkan tindak kecurangan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang mempunyai tujuan masing-masing dibalik keucarangan itu.

Saya sangat prihatin sekali bila kecurangan-kecurangan itu dilakukan oleh pihak sekolah atau orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan terutama Guru.
Guru merupakan barisan paling depan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru merupakan sosok yang menjadi panutan dan tauladan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Guru merupakan sebuah profesi mulia yang setaraf dengan Kyai yang idealnya mengajarkan hal-hal yang bersifat baik dan dapat bersikap bijaksana.
Perlakuan curang sangat tidak pantas dilakukan oleh Guru, walau itu semua demi mencapai nilai yang tinggi untuk para siswanya.
Guru yang membantu siswanya dengan perilaku curang sama halnya menjerumuskan siswanya kejurang kenistaan dan kebodohan. Biarkan siswa sendiri yang meraih nilai dan prestasinya, karena itu semua merupakan sebuah proses pendidikan menuju kedewasaan.
Kegagalan sebuah proses merupakan keberhasilan yang tertunda.
Guru tidak perlu takut terhadap ancaman siswa yang tidak lulus.
Guru harus berani menolak perintah atasannya bila perintah itu nantinya dapat menjerumuskan siswanya.
Tugas Guru adalah mengajar, mendidik dan melatih......... penuhilah ketiga unsur tersebut.
Di jaman yang serba Korup ini justru peran Guru sebagai pendidik sangatlah dibutuhkan agar mental anak-anak kita di masa yang akan datang menjadi lebih baik.
Bagaimana nasib anak cucu kita nanti bila mental mereka tidak kita benahi mulai sekarang.

Kita perlu mencontoh sikap keteguhan hati Guru Drona sebagai seorang Guru. Walau dia hidup di tengah-tengah rakyat Kurawa yang penuh dengan kelicikan dan tipu muslihat, dia tidak terbawa arus menuju kenistaan, namun dia tetap seorang Guru yang baik dan bijak dalam mengajar, mendidik dan melatih murid-muridnya, sehingga lahirlah sikap ksatria yang dimiliki oleh Pandawa.

Menjadi Guru memang berat, karena Guru harus dapat digugu omongannya dan ditiru perilakunya sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar